Pada tanggal 5 Mei 2019 saya mendapat pengetahuan baru, yakni tentang Plafon Rejeki atau Takaran Rejeki. Pengetahuan ini saya dapatkan dari seorang dokter, namanya dr Sigit Setyawadi SPoG, yang sejak beberapa tahun lalu sudah pensiun sebagai dokter dan menjadi seorang investor yang menjadikan hidupnya lebih santai dengan mendapatkan passive income yang besar.
Kata dokter Sigit, banyak orang hidupnya jungkir balik karena tidak mengerti hal ini. Mereka sudah bekerja keras seumur hidupnya untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya. Tetapi nasib seperti selalu membawanya turun kembali.
Penyebabnya cuma satu, yaitu Plafon Rejekinya yang rendah.
"Saya dulu sama seperti yang lain, bekerja keras nyaris seumur hidup. Baru pada usia 49 tahun saya menemukan jalan dan dua tahun kemudian saya bisa pensiun dini dan sekaligus menutup tempat praktek saya," ujar dokter Sigit.
(tuh kan, banyak orang yang pengin banget jadi dokter agar hidupnya layak, ini kok dokter buru-buru pensiun supaya hidup lebih indah ..hehehehe)
" Banyak orang yang menyayangkan keputusan saya berhenti praktek dokter, tetapi kalau saja mereka tahu apa yang saya tahu, saya yakin mereka akan mengikuti jejak saya", tambahnya.
Dokter Sigit meyakini, jika sekarang ini banyak yang tidak kaya, berarti ada yang salah. Yang paling dominan dari orang kaya dibanding orang miskin adalah mereka (orang kaya) berorientasi pada hasil.
Mereka tidak peduli jenis bisnis atau pekerjaannya apa.
Sepanjang tidak bertentangan dengan agama dan hasilnya baik, maka akan dikerjakan.
Ini sangat berlawanan dengan rata rata orang pada umumnya yang lebih mengutamakan proses dibanding hasil.
Mereka memilih-milih bisnis dan pekerjaan. Mereka mau menjadi tenaga honorer di sebuah kantor meskipun tidak digaji. Yang penting nampak keren.
Pekerjaan atau bisnis yang tidak bergengsi, umumnya ditolak. Begitulah proses yang terjadi di lingkungan kita secara turun temurun.
Ini terjadi karena memang dunia bekerja atas peniruan. Kita bisa berjalan dan berbicara karena meniru orang di sekitar kita.
Dengan pemahaman ini maka jika kita ingin kaya, maka tinggal meniru orang kaya. Bagaimana mereka berpikir dan bertindak. Sesimple itu lho sebenarnya. (maksudnya orang kaya yang meraih harta secara halal lho ya)
Penghasilan tergantung kepada plafon rejeki. Orang yang plafon rejekinya rendah, penghasilannya bisa naik sementara namun kemudian diturunkan oleh pikiran bawah sadar.
Agar penghasilan naik permanen, plafon rejeki harus dinaikkan terlebih dahulu.
Bagaimana caranya?
Sabar baca dulu pelan pelan.
Kehidupan kita tidak akan pernah berubah jika pola pikir kita tidak diubah.
Kita adalah robot. Punya pola pikir sadar (10%) yang ingin kaya tapi dikuasai pola pikir di bawah sadar (90%) yang ingin miskin yaitu tidak punya uang. Sehingga terbentuk life map miskin.
Akibatnya tidak sinkron dan yang selaku menang adalah pola pikir bawah sadar (yang dianggap sebagai kebutuhan).
Sehingga kebutuhan adalah miskin dan bekerja keras mencari uang, dan sebanyak apapun uang diperoleh akan dihabiskan utk menikmati hidup.
Ini adalah hasil life map miskin. Dimana uang tidak mudah masuk atau jika mudah masuk juga mudah keluar.
Jika berbisnis sesuai yang kita sukai (passion) maka hanya akan merubah dari miskin tipe 1 menjadi miskin tipe 2.
Hal ini pula yang berperan membentuk kehidupan keuangan sekarang.
Jika mau berubah, maka harus mencari mentor dan mengikuti arahan mentor *melakukan hal hal yang tidak disukai.*
Merubah nasib dengan cara menghilangkan life map miskin.
Ingat bahwa nasib tidak akan berubah jika kita tidak mau merubahnya sendiri.
Senjata rahasia agar bisa merubah life miskin dan meningkatkan plafon rejeki adalah :
1. Mendengarkan 2 ATBS (Audio Terapi Bawah Sadar)
2. Berkumpul dengan orang kaya melalui seminar inspirasi dan mendengarkan audio inspirasi.
Mau tahu cara meningkatkan Plafon rejeki secara gratis ? Silakan klik disini
Cara Meningkatkan Plafon Rejeki
Posted by Bambang Suharno on Januari 19, 2020 in motivasi | Comments : 0